Dalam dunia Islam, kita sering mendengar ungkapan “Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq.” Ungkapan ini memiliki makna yang dalam dan signifikansi yang mendalam dalam kehidupan seorang Muslim.
Asal dan Arti dari “Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq”
Ungkapan “Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq” berasal dari bahasa Arab. Secara harfiah, memiliki arti : “Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya.” Kalimat ini pertama kali disampaikan oleh KH Ahmad Abdul Hamid dari Kendal, Jawa Tengah. kalimat ini mengandung beberapa konsep penting dalam pemahaman Islam.
Ungkapan “Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq” adalah ungkapan yang penuh makna dalam Islam yang memiliki beberapa konsep penting yang terkandung dalam ungkapan ini:
1. Tauhid dan Ketergantungan kepada Allah : Ungkapan ini pertama-tama menggarisbawahi konsep tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah. Dalam konteks ini, kita memahami bahwa Allah adalah sumber segala-galanya, termasuk petunjuk dan kesuksesan dalam hidup kita. Ini adalah panggilan untuk mengakui ketergantungan kita yang mutlak kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Kehidupan seorang Muslim yang benar-benar menghayati tauhid akan diwarnai dengan kesadaran akan Allah dalam segala hal. Mereka akan mencari petunjuk-Nya dalam pengambilan keputusan, berusaha untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya, dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya dalam setiap perjalanan kehidupan.
2. Petunjuk dan Kesuksesan hanya dari Allah : Kata “Muwaffiq” dalam ungkapan ini mengandung makna yang mendalam. Ini merujuk pada Allah sebagai Dzat yang memberi petunjuk dan kesuksesan kepada manusia. Ini adalah pengingat bahwa, meskipun kita berusaha dan berencana, akhirnya Allah yang memiliki kendali mutlak atas hasilnya.Kesuksesan dalam Islam tidak hanya sebatas mencapai tujuan dunia, tetapi juga mencapai tujuan akhirat yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, seorang Muslim yang menghayati ungkapan ini akan selalu berdoa dan meminta petunjuk serta kesuksesan dari Allah dalam segala aspek kehidupan, baik itu dalam pendidikan, pekerjaan, hubungan, atau ibadah.
3. Jalan yang Benar Menurut Ajaran Islam : “Aqwamit Thariq” menekankan pentingnya menjalani hidup sesuai dengan jalan yang benar menurut ajaran Islam. Ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya moralitas, etika, dan nilai-nilai Islam dalam setiap tindakan dan keputusan. Dalam konteks ini, seorang Muslim diberikan pedoman yang jelas untuk menjalani hidup dengan integritas dan kebenaran.
Jadi, ungkapan “Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq” mengajarkan kepada umat Islam untuk hidup dengan kesadaran akan ketergantungan kepada Allah, mencari petunjuk dan kesuksesan dari-Nya, dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam yang benar. Ini adalah panggilan untuk menjalani kehidupan yang bermakna, bermanfaat, dan berlandaskan nilai-nilai spiritual dalam setiap tindakan dan keputusan.
Signifikansi dalam Kehidupan Sehari-hari
Ketundukan kepada Allah dan kesadaran akan keterbatasan manusia adalah dua prinsip mendasar dalam kehidupan seorang Muslim. Kedua prinsip ini tidak hanya sekadar ungkapan, tetapi juga pedoman yang mendalam yang membentuk landasan spiritualitas dan etika dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mari kita eksplorasi lebih mendalam kedua prinsip ini:
1. Ketundukan kepada Allah sebagai Pusat Kehidupan : Ungkapan “Ketundukan kepada Allah” mengajarkan bahwa hubungan dengan Allah tidak hanya terbatas pada waktu-waktu ibadah, seperti shalat, puasa, atau haji. Sebaliknya, ini adalah panggilan untuk menjadikan Allah sebagai pusat segala aspek kehidupan. Setiap tindakan, keputusan, dan interaksi sehari-hari seharusnya mencerminkan pengabdian dan ketaatan kepada-Nya.
Pemahaman yang lebih dalam tentang ketundukan kepada Allah juga mencakup kesadaran akan konsep “Tawakkal”, yaitu kepercayaan sepenuh hati bahwa Allah adalah Penentu Utama segala sesuatu dalam hidup kita. Ini tidak berarti kita tidak perlu berusaha atau berencana, tetapi mengajarkan agar kita meletakkan kepercayaan penuh kepada Allah dalam hasil akhir. Ketika kita menjalani hidup dengan kesadaran akan ketundukan kepada Allah, kita menemukan kedamaian dalam melewati ujian dan cobaan, karena kita tahu bahwa Allah selalu ada untuk kita.
2. Kesadaran akan Keterbatasan Manusia sebagai Bentuk Kerendahan Hati: Ungkapan ini mengajarkan kerendahan hati. Seorang Muslim menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang lemah dan rentan, dengan segala keterbatasan dan kelemahan. Ini bukanlah kelemahan yang merendahkan, tetapi pengakuan akan realitas hidup. Kesadaran akan keterbatasan manusia juga menuntun kita untuk bersikap lemah lembut terhadap orang lain, karena kita semua memiliki kelemahan yang sama.
Hal ini juga mengingatkan kita untuk tidak berprasangka buruk terhadap orang lain atau sombong atas pencapaian diri. Kita menjadi lebih empati dan penuh pengertian terhadap kesalahan orang lain, karena kita menyadari bahwa kita juga bisa melakukan kesalahan yang sama. Kesadaran akan keterbatasan manusia juga mengajarkan kita untuk selalu berdoa memohon bimbingan dan kekuatan dari Allah dalam menghadapi tantangan hidup.
Dalam praktik sehari-hari, kedua prinsip ini mendorong umat Muslim untuk membuat keputusan yang bijaksana dan mengatasi rintangan dengan keteguhan dan harapan kepada Allah. Mereka juga mengingatkan bahwa kesuksesan sejati adalah kesuksesan di akhirat, dan oleh karena itu, hidup ini harus dijalani dengan integritas, kebajikan, dan niat yang tulus agar kita dapat mencapai kebahagiaan abadi di sisi Allah.
Kesimpulan
Ungkapan “Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq” adalah ungkapan yang memiliki makna mendalam dalam Islam. Ini mengingatkan kita akan pentingnya tunduk kepada Allah, mengikuti jalan yang benar, dan berusaha untuk hidup sesuai dengan ajaran Islam. Ungkapan ini juga mengingatkan kita akan keterbatasan manusia dan kekuatan Allah dalam memberikan petunjuk dan kesuksesan dalam hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, frasa ini menjadi pedoman bagi banyak orang Muslim untuk menjalani hidup dengan bijaksana, rendah hati, dan taat kepada Tuhan.