Ibu merupakan sosok yang sangat dihormati, bahkan agama Islam sendiri sangat memuliakan sosok ibu, terbukti dengan banyaknya hadits yang membahas kemuliaan seorang ibu.
Hal ini wajar, mengingat menjadi seorang ibu bukan hal yang mudah, tugas seorang ibu penuh tantangan. Mulai dari hamil dan mengandung sembilan bulan, kemudian melahirkan, serta mendampingi anak-anak sampai tumbuh dewasa dan mandiri.
Mengingat sosoknya yang sangat penting inilah, Islam begitu memuliakannya. Bahkan di Indonesia sendiri, tanggal 22 Desember telah ditetapkan sebagai tanggal memperingati hari Ibu yang sudah diresmikan oleh Presiden Soekarno.
Menggali Hikmah dari Hadits Kemuliaan Ibu
Berikut ini ada beberapa kumpulan hadits kemuliaan seorang ibu yang perlu kita pelajari dan pahami :
1. Hadits Berbuat Baik Terhadap Ibu
Doa yang ibu panjatkan untuk kita tidak akan pernah putus. Maka dari itu, sebagai anak kita sudah sepatutnya berbakti kepada Ibu. Ada salah satu hadits yang menganjurkan kita untuk berbuat baik kepada ibu, dengan bunyi berikut :
نَّ اللَّهَ يوصيكم بأمَّهاتِكُم ثلاثًا، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بآبائِكُم، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بالأقرَبِ فالأقرَبِ
Artinya : “Sesungguhnya Allah berwasiat sebanyak 3 kali kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungghnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerapat yang paling dekat kemudian yang dekat.” (HR. Ibnu Majah, shahih dengan sawahid-nya).
2. Penyebutan Nama Ibu Sebanyak 3 Kali Oleh Rasulullah SAW, Kemudian Ayah
Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’anhu bertanya pada Rasulullah SAW :
يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ
Artinya :
“Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).
3. Ibu Orang Paling Layak Mendapat Perlakuan Baik
Imam Muslim melalui shahih-nya telah mengeluarkan hadits panjang tentang kisah Juraij. Jadi intinya adalah saat Juraij dipanggil ibunya, sementara ia sedang menunaikan shalat, maka ia lebih mementingkan melanjutkan shalatnya.
Sementara, panggilan dari ibunya tidak ia penuhi. Kemudian sang ibu mendoakan tentang keburukan kepada anaknya Juraij dan doa tersebut terkabul.
Melalui Ryarah Muslim, Imam An Nawawi menjelaskan bahwa para ulama mengemukakan bahwa dalil yang benar ialah memenuhi panggilan dari ibu, sebab yang dilakukan oleh Juraij adalah shala sunnah.
Dengan terus menunaikan shalat hukumnya adalah sunnah, dan tidak wajib. Sementara menjawab panggilan dari ibu serta berbuat baik terhadapnya adalah wajib, apalagi mendurhakai ibu adalah haram.
Para ulama menyimpulkan berdasarkan beberapa dalil, dengan mengatakan :
الأم أحق الناس بحسن الصحبة
“Ibu adalah orang yang paling layak untuk mendapatkan perlakuan yang baik.”
4. Surga di Telapak Kaki Ibu
Hadits lainnya mengenai kemuliaan Ibu, menjelaskan bahwa sebagai seorang anak, sudah kewajiban kita untuk selalu berbakti dan menghormati ibu dengan tulus. Mungkin kita sering mendengar kutipan “Surga di telapak kaki Ibu”, sebenarnya kutipan tersebut adalah hadist dari riwayat An-Nasa’i, Ibnu Majah, Aht-Thabarani, dan imam Ahmad dengan bunyi :
“Bahwasanya ia (Mu’awiyah binj Jahimah) datang kepada Nabi Muhammad SAW, lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku ingin berperang, dan aku datang untuk meminta petunjukmu.’ Nabi Muhammad SAW bersabda. ‘Apakah engkau memiliki ibu?’, ‘Iya’. ‘Menetaplah dengannya, karena sungguh surga di bawah kedua kakinya.”
5. Dikenal Penduduk Langit Kerena Berbakti Kepada Ibu
Salah satu kisah yang sangat menginspirasi adalah tentang kisah seorang pemuda bernama Uwais Al Qorni yang bahkan membuat sahabat Nabi, Ummar Bin Khatab Ra mendapatkan anjuran dari Rasulullah SAW agar menemui Uwais.
Tentu saja bukan tanpa alasan, hal ini karena kehebatan dari birrul walidain Uwais kepada Ibunya. Berikut sabda Rasulullah SAW :
إن خيرَ التابعين رجلٌ يقالُ له أويسٌ . وله والدةٌ . وكان به بياضٌ . فمروه فليستغفرْ لكم
Artinya :
“Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang lelaki bernama Uwais, ia memiliki seorang ibu, dan ia memiliki tanda putih di tubuhnya. Maka temuilah ia dan mintalah ampunan kepada Allah melalui dia untuk kalian” (HR. Muslim).
Baca Juga Kumpulan Hadits Lainnya :
Kisah Uwais Al Qarni yang Menggendong Ibunya Untuk Naik Haji
Untuk lebih memahami arti kemuliaan seorang ibu, kita akan bercerita tentang kisah dari Uwais al Qarni yang menggendong sang ibu naik haji ke Mekkah dari Yaman.
Berkat ketaatan dan baktinya kepada sang ibu, Rasulullah SAW menyebut Uwais sebagai seorang penghuni langit. Bahkan menyematkan dirinya sebagai seorang pemimpin dari para tabiin.
Abu Amru Uwais bin Amir bin Jaza Al-Qarni Al-Muradi Al-Yamani, adalah nama lengkap dari Uwais Al-Qarni, yaitu penduduk di Yaman dari Qaran, ia telah lahir tahun 594 Masehi. Kemudian meninggal pada 657 M, lalu dimakamkan di daerah Raqqah, Suriah. Bahkan dirinya juga sempat ikut perang Shiffin.
Memang Rasulullah SAW sendiri belum pernah bertemu Uwais pada saat itu. Tapi, nama Uwais sering disebut-sebut Rasulullah SAW.
Di zaman Rasulullah SAW itulah Uwais hidup serta tinggal bersama ibunya di Yaman. Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Uwais baru dapat mewujudkan mengantar ibunya untuk menjalankan ibadah haji ke Mekkah.
Ia bahkan mendapat ujian mengalami penyakit sopak. Pada saat itu, seluruh tubuh Uwais belang-belang akibat penyakit sopak. Sedangkan ibunya sedang sakit lumpuh dan sudah tua, tapi ia senantiasa terus merawat sang ibu penuh kesabaran.
Uwais juga selalu berusaha untuk memenuhi seluruh permintaan dari sang ibu. Namun hanya ada satu permintaan ibunya yang belum bisa dikabulkan serta kesulitan memenuhinya.
Pada suatu hari, Ibu Uwais berkata, “Wahai, anakku Uwais! Aku mungkin tidak akan bisa berlama-lama bersamamu lagi. Tolong, ikhtiarkan supaya ibu bisa menjalankan ibadah haji.”
Usai mendengar perkataan dan permintaan sang ibu, Uwais akhirnya termenung dan terdiam diri sembari memikirkan bagaimana cara untuk menunaikan keinginan ibunya agar dapat menjalankan ibadah haji. Tentu saja ia tidak mungkin memakai keledai maupun unta, karena tidak memiliki biaya.
Akhirnya, terbesitlah untuk menggendong ibunya ke Mekkah, dari Yaman, tepatnya di Al Qarn. Padahal jarak yang harus ditempuh dari Yaman ke Mekkah sangat jauh, kira-kira mencapai 1.119 km. Bahkan ia harus melewati kawasan padang tandus dengan kondisi yang sangat panas dan luas.
Sesudah cukup lama berpikir menemukan jalar keluarnya, akhirnya Uwais memutuskan membeli seekor anak lembu serta membuatkan kandang lembu di puncak bukit. Tentu saja bukan untuk transportasi, tetapi lembu tersebut ia gunakan untuk melatih ototnya dengan menggendong lembu secara rutin setiap pagi, dengan menaiki dan menuruni bukit.
Uwais pun berhasil mendapatkan kekuatannya untuk menggendong sang Ibu menuju kota Makkah sesudah 8 bulan berlalu. Bahkan sampai lembu yang dimilikinya seberat 100 kg.
Berdasarkan cerita ini, betapa gigihnya Uwais ingin mewujudkan permintaan sang ibu dan betapa ia mencintai ibunya sampai rela menempuh jarak perjalanan yang sangat jauh hanya demi sang Ibu.
Dari sini kita sebagai manusia sekaligus seorang anak, menyadari bahwa pentingnya peran seorang ibu dan sebesar apapun bakti kita kepada ibu tentu saja tidak bisa menandingi perjuangan yang telah dilakukan ibu kepada kita.
Maka dari itu, kewajiban kita sebagai anak adalah berbakti dan menghormati ibu sampai kapan pun. Karena ridha seorang ibu adalah ridha Allah SWT.