Neraka adalah tempat yang paling ditakuti oleh seluruh umat Manusia. Sementara itu, tingkatan neraka yang paling mengerikan dan terburuk adalah neraka jahannam. Bahkan menurut banyak hadits ada satu tempat di neraka Jahannam paling mengerikan, yaitu lembah yang terletak di bagian dasar jahannam, yaitu Jubb Al-Hazn.
Apa Itu Jubb Al Hazn ?
Jubb Al Hazn dapat diartikan sebagai Lembah Kesedihan, yakni tempat terburuk dari yang paling buruk. Jadi, jahannam ibarat sebuah lautan, sementara Jubb Al Hazn sebagai palungnya. Yakni di bagian terdalam dari jahannam.
Bahkan saking mengerikannya, neraka Jahannam sendiri berdoa langsung kepada Allah supaya terhindar dari Jubb Al Hazn hingga 70/100 kali setiap harinya (Hal ini sudah disebutkan dalam dua hadits, yaitu ada yang menyebutkan 100 dan ada yang menyebutkan 700).
Berikut riwayat Sufyan ats-TSauri dalam sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya di Neraka Jahannam ada sebuah lembah, dimana Jahannam itu sendiri setiap hari memohon perlindungan darinya (kepada Allah SWT) sebanyak 70 kali. Lembah tersebut dihuni oleh para qurra’ yang gemar mengunjungi para penguasa.”.
Berdasarkan hadits riwayat dari Tirmidzi yang berbunyi,
“Suatu ketika, Rasulullah shalallahu alaihi wa salam menceritakan kepada para sahabat beliau, “Mohonlah perlindungan kepada Allah dari Jubb Al-Hazn.”
Selanjutnya, para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah itu Jubb al-Hazn, wahai Rasulullah?”
Lalu, Rasulullah SAW menjawab, “Jubb Al Hazn adalah lembah yang terdapat pada Neraka Jahannam. Setiap hari, jahannam sendiri memohon perlindungan darinya (Jubb Al-Hazn) sebanyak seratus kali.”
“Wahai Rasulullah, siapa yang akan memasukinya?”
“Para pembaca Al-Quran yang beramal karena pamrih (riya),”
Justru kerak neraka diisi orang-orang yang terlihat rajin beribadah saat mereka hidup di dunia. Orang-orang yang merdu dan fasih ketika membacakan al-quran, tapi sayang, ia menggunakannya hanya untuk mendapatkan pujian semata dari manusia.
Semua keutamaan dan bacaan dalam membaca kitab suci Al-Quran tidak berguna lagi baginya, justru Allah SWT menempatkan mereka ke dalam posisi terendah bahkan yang paling menyakitkan hingga di bagian dasar neraka.
Jika keikhlasan merupakan kunci beribadah, maka riya bisa dikatakan sebagai pembakarnya.
Berdasarkan hadits di atas, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa penghuni neraka Jub Al Hazn justru dari orang-orang beriman, namun dalam hatinya telah terselip riya’. Dengan kata lain, saat beramal membaca kitab suci Al-Quran bukan semata hanya karena Allah Subhanahu wata’ala melainkan hanya karena ingin mendapatkan pujian semata dari sesamanya.
Apabila jahannam saja hingga meminta perlindungan kepada Allah SWT dari Jubb Al-Hazn agar disingkirkan, maka bisa dibayangkan betapa mengerikannya para penghuni di dalamnya.
Kumpulan Hadits Tentang Lembah Neraka Jahanam
Lembah neraka jahanam sebenarnya sudah dijelaskan pada beberapa hadits. Setidaknya terdapat dua riwayat hadits yang membahas tentang lembah neraka jahanam :
1. Hadits Pertama Tentang Jubb Al Hazn
Menjelaskan tentang nama lembah dari neraka Jahannam, adalah Al-Wail. Berikut sabda Rasulullah SAW berdasarkan riwayat dari Abu Sa’id :
“Al-wail adalah nama sebuah lembah di neraka jahanam, orang kafir akan jatuh ke dalamnya selama empat puluh musim. (HR. Tirmidzi).
Namun hadits tersebut dilemahkan oleh Syekh Albani, “Hadits ini gharib (asing), kami tidak mengetahui kemarfu’annya kecuali dari hadits Ibnu Lahi’ah.”
Akan tetapi, keterangan dari Imam Tirmidzi tersebut dibantah oleh Abu Ishaq Al-Huwaini pada kitab Tanbiihul Hajid (I/345). Beliau mengatakan bahwa yang telah meriwayatkan hadits tidak hanya dari Ibnu Lahi’ah.
Ada beberapa yang juga menceritakan tentang hadits tersebut, antara lain Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Abi Dunya, Nu’aim bin Hamad, Ibnu Mubarak, Ibnu Hibban, Baihaqi, Hakim, dan Ibnu Jarir. Bahkan dalam tafsirnya, Ibnu Katsir ikut berkometar, bahwa “Bukan hanya Ibnu Lahi’ah yang meriwayatkan hadits ini.”
Baca Juga :
2. Hadits Kedua Jubb Al Hazn
Ada hadits yang menyatakan bahwa lembah neraka jahannam biasanya disebut juga untuk menunjukkan sebuah siksaan. Pada suatu hari, Rasulullah SAW berkata ke para sahabatnya, “Berlindunglah kalian kepada Allah dari Jubbil Hazn.” Kemudian sahabat nabi bertanya, “Apa itu Jubbil hazn wahai Rasulullah?”, lalu beliau menjawab pertanyaan para sahabat :
وَادٍ فِي جَهَنَّمَ تَتَعَوَّذُ مِنْهُ جَهَنَّمُ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Sebuah lembah di neraka Jahanam, sementara neraka Jahanam sendiri berlindung darinya setiap hari sebanyak seratus kali.” Lalu, sahabat nabi melanjutkan pertanyaannya kembali :
يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَدْخُلُهُ
“Dan siapakah yang akan memasukinya?” Beliau pun menjawab :
الْقُرَّاءُ الْمُرَاءُونَ بِأَعْمَالِهِمْ
“Para pembaca Al-Quran yang memamerkan perbuatan mereka.”(HR. Tirmidzi).
Berdasarkan hal tersebut, ternyata lembah dari neraka jahanam bahkan berlindung dari Jubbil Hazn, lembah neraka ini diperuntukkan kepada mereka yang gemar membaca Al-Quran namun bacaannya bukan semata karena Allah ta’ala melainkan hanya untuk riya’ atau pamer dan mengharap pujian manusia. Lantas, bagaimana dengan status hadits tentang Jubbil Hazn atau Jubb Al Hazn ini?
Melalui kitab Takhriij Ahaadiits al-ihyaa (I:1919), Zainnudin Al-’Iraqi turut mengomentari hadits tersebut. Beliau berkata, “Hadits ini diriwayatkan Ibnu ‘addy dengan lafal ‘Wadil-huzni’ yakni Lembah Kesedihan. Ia mengatakan bahwa hadits ini bersifat bathil. Abu Nu’aim Al ishfahani pun turut meriwayatkan hadits tersebut, beliau berkata bahwa status riwayatnya tergolong lemah. Sedangkan Imam Tirmidzi mengungkapkan bahwa hadits tersebut Gharib atau asing dan termasuk ke dalam hadits lemah menurut timbangan pada ilmu hadits.”
Syekh Nashiruddin Al-Bani juga ikut menjelaskan bahwa hadits tersebut lemah. Hal tersebut dapat dibaca melalui kitabnya “Misykatul Mashabih”, “Dha’if al-Jaami’ ash-Shaghir”, “Dha’ifut Targhib Wat Tarhiib”, dan “Dha’if Sunan At-Tirmidzi.”
Walaupun hadits tersebut lemah, namun bukan berarti membenarkan membaca kitab suci Al-Quran bukan karena Allah SWT melainkan karena riya’. Sebab mereka yang membaca kitab suci Al-Quran karena pamer atau riya’ adalah perbuatan yang sangat tercela. “Wallahu alam bishowaab.”